JAKARTA, KOMPAS.com —
Pola asuh keluarga menjadi salah satu faktor pencegah kekerasan seksual
terjadi pada anak. Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Erlinda mengatakan, ada baiknya, orangtua memberikan pendidikan
karakter bagi anak-anak mereka.
"Fondasi utama keluarga
menciptakan anak unggul sangat minim. Sudah saatnya keluarga mengambil
peran atau tanggung jawab," ujar Erlinda, Minggu (25/5/2014).
Dia
mengatakan, faktor ekonomi memang menjadi salah satu hal timbulnya
kekerasan seksual terhadap anak-anak. Namun itu bukanlah hal yang utama.
Dia mengatakan, di sisi lain, pengawasan di keluarga terhadap anak-anak
pun sangat minim.
"Walaupun faktor ekonomi juga dapat menjadikan seseorang sebagai korban atau pelaku," ujarnya.
Erlinda
menambahkan, tanpa disadari pengawasan masyarakat terhadap anak juga
rendah. Banyak anak dibiarkan berpakaian minim atau pulang malam.
Hal
inilah yang akhirnya mengundang pelaku kekerasan. Sebab, ujarnya,
pelaku kekerasan sering kali bukan orang luar yang tidak dikenal. Bisa
saja orang-orang di sekitar korban yang dipercaya bisa melindungi.
"Saya
ingat sewaktu saya masih kecil dulu, kalau saya pergi sendiri pasti
ditanya mau ke mana, lalu diantarkan. Kalau sekarang sudah tidak ada
lagi seperti itu," katanya.
Orangtua saat ini, lanjutnya,
terlalu membebaskan si anak untuk beraktivitas seorang diri. Erlinda
menambahkan, bila terlihat tanda-tanda si anak mengalami atau telah
terjadi penyimpangan, orangtua hendaknya tidak membentak atau menghukum.
"Ketika melihat telah ada perlakuan menyimpang justru dipeluk
dan dibimbing ke arah sains atau agama. Ini yang jarang dimiliki
orangtua," ujarnya.
Menurut Erlinda, banyak orang terenyak
dengan terungkapnya berbagai kejahatan seksual terhadap anak dalam satu
setengah bulan terakhir ini.
"Satu per satu kasus lain
bermunculan, banyak yang bertanya ini fenomena apa? Ternyata pemerintah
dan masyarakat belum siap dengan pendidikan seks usia dini. Ternyata apa
yang kita khawatirkan terjadi," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar